[b]ada berita lagi nch [/b]
[b]Fergie Kecam Pembebasan Hukuman John Terry[/b]
[spoiler]Sir Alex Ferguson , manajer Manchester United, marah atas keputusan Federasi Sepakbola Inggris (FA) membatalkan kartu merah yang diberikan John Terry -- kapten dan pemain belakang Chelsea -- dan membebaskannya dari hukuman tidak boleh bermain di tiga pertandingan.
Terry diganjar kartu merah ketika Chelsea mengalahkan tuan rumah Manchester City, Sabtu lalu. Wasit Mark Halsey melihat pemain belakang The Blues itu melanggar Jo, striker Manchester City asal Brasil.
Chelsea protes dan mengajukan banding. Komisi regulasi independen dan FA mendengarkan banding Chelsea, dan mencabut hukuman yang telah dijatuhkan.
Fergie, panggilan akrab Alex Ferguson, layak kecewa dengan pembatalan hukuman untuk Terry. Manchester United akan bertandang ke Stamford Bridge, Minggu (21/9), dengan harapan tidak menelan kekalahan kali kedua berturutan dari salah satu pesaing terberatnya.
Sabtu (13/9) lalu, Manchester United dikalahkan Liverpool 2-1 di Stadion Anfield. Fergie telah memperingatkan pemainnya untuk belajar dari kekalahan itu. Semula Fergie cukup senang mendengar kabar Terrry terkena hukuman. Tanpa Terry, lini belakang Chelsea sangat lemah.
Ferguson, seperti dikutip sejumlah surat kabar Inggris, mengatakan Keith Hackett -- general manager Professional Game Match Official (PGMO) -- mengesampingkan keputusan wasit Halsey untuk menyelamatkan Terry dari hukuman tidak boleh bermain di tiga pertandingan. Hackett ingin Terry bertanding saat Chelsea menghadapi MU.
"Yang saya ketahui Hackett meminta Halsey membatalkan kartu merah itu, dan sanga wasit tidak melakukannya," ujar Ferguson.
Fergie juga mengatakan penolakan itu membuat Halsey tidak lagi memimpin pertandingan Liga Primer pada pekan ini. Halsey akan memimpin salah satu laga di Divisi II.
"Yang saya tidak bisa mengerti bagaimana semua ini terjadi," lanjut Ferguson.
Jika pertandingan terjadi di Old Trafford dan kasus itu terjadi, masih menurut Ferguson, Hackett tidak akan bisa melakukan hal itu. Fergie juga mempertanyakan apa yang akan terjadi di masa depan jika keputusan wasit terus dianulir.
Seorang juru bicara PGMO membantah klaim Fergie. Menurutnya, Hackett tidak memainkan peran apa pun dalam sidang banding atas kasus kartu merah Terry.[/spoiler]
[b]milan di tinggal pirlo[/b]
[spoiler]ilan memang diserang berbagai masalah di awal musim ini, mulai dari kebijakan transfer yang terus dikritik hingga kondisi tim yang tak lagi harmonis.
Media juga ikut menambahi masalah Milan dengan melontarkan spekulasi terkait kelanjutan karir Carlo Ancelotti. Semua itu berhubungan dengan performa buruk Milan dalam dua laga perdana mereka di Serie A Italia.
Belum tuntas satu masalah, kini datang lagi yang lainnya. Milan harus kehilangan salah satu pemainnya lagi, Andrea Pirlo yang mengalami cedera.
"Pirlo mengalami stress otot di paha kanannya dan ia akan menjalani tes lanjutan pada hari Jumat (19/9) nanti," demikian konfirmasi pihak klub dalam situs resminya.
Seberapa parah kondisi cedera Pirlo dan sampai kapan ia absen baru akan diketahui setelah hasil tes tersebut keluar. Namun ada indikasi ia akan beristirahat hingga satu bulan sebelum bisa merumput lagi.
Dengan demikian, Milan sudah kehilangan empat pilarnya. Selain Pirlo, Rossoneri sudah harus ditinggalkan Filippo Inzaghi, Alessandro Nesta dan Gennaro Gattuso.[/spoiler]
[b]sepuluh kiper terbaik sepanjang masa[/b]
[spoiler]Penjaga gawang memang posisi yang tidak seglamor posisi lainnya di dalam sepakbola. Lingkup daerahnya yang hanya terbatas pada gawang dan kotak penalti membuatnya hanya menjadi pusat perhatian saat timnya diserang, atau kala ia membuat kesalahan yang mengakibatkan kekalahan.
Namun bukan berarti kiper harus dipandang sebelah mata. Belakangan beberapa kiper juga sudah membuktikan kalau mereka juga bisa membuat posisi itu menjadi menarik dan atraktif.
Sebut saja kiper Meksiko Jorge Campos yang merancang sendiri kostumnya yang warna-warni, atau Rene Higuita dari Kolombia yang tampil eksentrik.
Tetapi untuk menentukan kiper terbaik bukan hanya dilihat dari warna kostum, atau kemampuan menarik perhatian para penonton. Kriteria utama tentunya prestasi yang diraih bersama klub, penghargaan individual, dan juga kehebatan mencegah terjadinya gol di gawang mereka.
Oleh sebab itu, GOAL.com Indonesia mencoba mencari sepuluh kiper terbaik sepanjang masa bagi para pembaca. Agar adil, kami bagi dua pilihannya dari kiper yang telah pensiun, dan kiper yang masih aktif bermain hingga saat ini.
Berikut adalah pilihan kami sesuai dengan abjad nama mereka.
1. Dida (Brasil)
Setelah Claudio Taffarel, Dida menjadi kiper baru asal Brasil yang diperhitungkan dalam dunia sepakbola. Hal itu terbukti saat dirinya menjadi kiper pertama dari tim Samba yang termasuk dalam kandidat peraih Ballon d'Or di tahun 2003 dan 2005.
Biarpun Dida telah memenangkan Piala Dunia bersama Brasil, dan berbagai gelar domestik & internasional bersama AC Milan, sayangnya ia juga dikenal akibat beberapa insiden yang kurang baik. Yang terakhir adalah saat ia pura-pura jatuh dan terluka saat disentuh oleh seorang suporter Glasgow Celtic di pertandingan Liga Champions.
2. Dino Zoff (Italia)
Piala Dunia 1982 menjadi puncak prestasi Zoff. Di usianya yang ke-40, ia menjadi pemain tertua yang memenangkan Piala Dunia. Selain itu, ia juga menjadi kiper kedua yang menjadi kapten di tim yang juara, dan juga terpilih menjadi kiper terbaik.
Padahal di awal karirnya, ia sempat ditolak oleh Inter Milan dan Juventus karena dianggap kurang tinggi. Di jajak pendapat untuk mencari kiper terbaik di abad ke-20 yang dilaksanakan oleh Federasi Internasional Statistik dan Sejarah Sepakbola (IFFHS), Zoff berada di posisi ketiga di bawah Lev Yashin (Uni Soviet) dan Gordon Banks (Inggris).
3. Edwin van der Sar (Belanda)
Saat van der Sar memblok tendangan Nicolas Anelka di final Liga Champions, ia benar-benar menjadi momok bagi pemain Chelsea saat adu penalti. Hal itu karena di ajang Community Shield sebelumnya, ia juga telah melakukan hal yang sama dengan menepis semua tendangan penalti yang dilakukan pemain The Blues.
Van der Sar menjadi pemain yang paling banyak membela tim nasional Belanda dengan tampil sebanyak 128 kali dan akhirnya pensiun setelah Euro 2008. Ia juga mencatatkan dirinya sebagai kiper yang menjuarai Liga Champions bersama dua klub yang berbeda, yaitu Ajax Amsterdam dan Manchester United.
4. Gianluigi Buffon (Italia)
Nilai transfer yang menjadikannya kiper termahal di dunia menjadi bukti kepiawaian Buffon menjaga gawang di lapangan hijau. Selain itu, sederet gelar individual yang diraihnya dari berbagai pihak juga menjadi jaminan atas kemampuannya.
Saat di Piala Dunia 2006, gawangnya tidak tertembus satu gol pun selama 453 menit hingga akhirnya Azzurri menjadi juara dan Buffon mendapatkan Lev Yashin Award sebagai kiper terbaik selama turnamen tersebut.
5. Gordon Banks (Inggris)
Banks menjadi pilihan pertama manajer Inggris Sir Alf Ramsey saat Three Lions menjuarai Piala Dunia 1966. Namun, ia baru menjadi legenda di dunia sepakbola lewat tindakan yang dilakukannya empat tahun kemudian di Piala Dunia Meksiko.
Saat Inggris bertanding melawan Brasil, Pele menanduk bola ke tiang jauh gawang Inggris sambil berteriak "Gol!". Hal itu dilakukannya karena ia sangat yakin Banks tidak dapat menyelamatkan gawangnya.
Tetapi Banks yang berada dalam posisi yang salah, berhasil melompat ke arah yang berlawanan dan menyentuh bola tersebut dengan sebagian ibu jarinya hingga bola itu mental melewati mistar gawang.
Sang kiper tahu ia dapat menyentuh bola, namun berpikir bolanya masih melewati garis gawang. Ia baru sadar tidak terjadi gol setelah mendengar sambutan dari penonton di stadion dan diselamati oleh kapten Bobby Moore. Pele sendiri mengatakan kalau penyelamatan yang dilakukan Banks tersebut adalah yang terhebat yang pernah ia saksikan.
6. Iker Casillas (Spanyol)
Ia baru berusia 27 tahun, tetapi telah tampil lebih dari 300 kali bagi Real Madrid dan menjadi kiper kedua yang bermain paling banyak bagi tim nasional Spanyol setelah Andoni Zubizarreta. Saat Spanyol menjuarai Euro 2008, Casillas menjadi kiper pertama yang menjadi kapten di tim juara turnamen Eropa.
Walaupun ia baru bermain di tim senior Madrid sejak 1999, ia kelihatannya selalu menjadi pilihan pertama Los Merengues di bawah mistar. Di usianya yang ke-19, Casillas menjadi kiper paling muda yang tampil di final Liga Champions saat Madrid mengalahkan Valencis 3-0.
7. Lev Yashin (Uni Soviet)
Pemain legendaris ini merupakan kiper yang berada di urutan paling atas dalam jajak pendapat yang dilakukan oleh IFFHS. Yashin terpilih berkat kemampuan atletisnya dan juga postur tubuhnya yang membuat gentar para pemain penyerang lawan.
Ia mendapat julukan Laba-Laba Hitam karena selalu mengenakan kostum hitam dan juga karena keahliannya menepis tembakan lawan seolah-olah membuatnya memiliki delapan tangan.
Pemakaian namanya oleh FIFA untuk penghargaan bagi kiper terbaik di setiap Piala Dunia merupakan pengakuan insan sepakbola dunia terhadap prestasinya.
8. Peter Schmeichel (Denmark)
Tinggi besar, rambut pirang, dan hidung merah. Tiga hal tersebut adalah hal yang selalu tampil di ingatan bila nama Schmeichel disebut. Namun bagi para striker yang menjadi lawan Manchester United dan tim nasional Denmark, The Great Dane itu menjadi tembok raksasa yang tak dapat ditembus.
Tingkat refleksnya yang mengagumkan bagi orang seukuran dia, serta kemampuannya mengubah pertahanan menjadi penyerangan langsung lewat lemparan jauhnya ke para penyerang, menjadi salah satu alasan utama mengapa United menjadi tim yang mendominasi Liga Primer Inggris di era 90an.
9. Petr Cech (Republik Ceko)
Ketika Chelsea menjadi juara Liga Primer selama dua kali berturut-turut, banyak pihak menganggap itu adalah akibat dari tangan dingin Jose Mourinho. Tetapi yang berada di bawah mistar The Blues adalah Cech, yang baru dibeli dari Rennes dan tadinya akan dijadikan cadangan Carlo Cudicini.
Saat Cech harus absen selama tiga bulan akibat benturan dengan pemain Reading Stephen Hunt, Chelsea gagal mempertahankan gelar Liga Primer. Insiden tersebut membuat Cech harus mengenakan pelindung kepala hingga sekarang.
Cech menjadi kiper terbaik 2008 pilihan UEFA, dan walaupun sempat membuat blunder di Euro 2008 saat melawan Turki, ia tetap menjadi pilihan pertama di tim nasional Republik Ceko dan juga Stamford Bridge.
10. Rinat Dasayev (Uni Soviet)
Bila tidak ada trio Belanda Ruud Gullit, Frank Rijkaard, dan Marco van Basten, bisa jadi tim Uni Soviet yang akan menjadi juara di Euro 1988. Dasayev tampil cemerlang selama berlangsungnya turnamen di Jerman, dan hanya Gullit dan tendangan volley van Basten yang mampu mematahkan perlawanan Soviet di final.
Dasayev yang dijuluki "Tirai Besi" dianggap sebagai kiper terbaik kedua di Rusia setelah Yashin. Ia tampil di tiga Piala Dunia dan bermain sebanyak 91 kali bagi tim nasional Soviet hingga pensiun di tahun 1990.
Terakhir ia tampil di Luzhniki Stadium saat final Liga Champions Mei lalu dengan membawa piala tersebut ke lapangan. Hal itu berkaitan dengan tugasnya sebagai duta final itu di Moskwa.[/spoiler]