[b]Buaya di Sungai[/b]
Sudah lama Badu memendam keinginan berenang di sungai yang sering didatanginya. Tapi, dia takut setelah mendengar cerita penduduk setempat. Katanya, ada banyak buaya di sungai yang berbatasan dengan laut itu.
Pada suatu hari, keinginannya untuk mandi sudah tak tertahankan lagi. Saat itu, dilihatnya seorang pria basah kuyup, berjalan menuju daratan. Tampaknya dia baru saja selesai nyebur sungai.
Badu lalu bertanya pada pria tadi, "Pak, tadi bapak melihat buaya ga?"
"Ga ada tuh," pria tadi menjawab santai. "Buaya-buaya itu sudah lama menghilang dari sungai ini."
Merasa aman, Badu lalu memberanikan diri nyebur ke sungai. Dia pun berenang sepuasnya. Dia juga berencana untuk mengikuti arus air yang menuju laut. Di tengah sungai, Badu melihat pria tadi berdiri memandanginya.
Setengah berteriak dia bertanya. "Memang sudah ga ada buaya ya di sini. Bagaimana kalian mengusirnya dari sini?"
"Bukan kami yang mengusirnya," pria tadi menjawab dengan berteriak. "Tapi hiu di laut yang memakan mereka!!!"
[b]Mie Rebonding[/b]
Bihun selalu merasa tersaingi dengan mie kriting. Apalagi, letak mereka yang berdampingan di rak supermarket, membuat bihun selalu ingin menyaingi mie kriting dalam segala hal.
Bahkan Bihun sering mengolok-olok mie kriting di depan umum, "dasar kribo jelek, orang-orang suka sama dia cuma karena dia kuning dan gemuk aja, padahal sih aslinya jelek, ih nggak tau malu."
Hari-hari berlalu, dan Bihun makin tebal rasa bencinya. Tapi tampaknya mie kriting tetap adem ayem, tidak peduli Bihun mau bilang apa. Pikirnya, "Sirik tanda tak mampu..."
Suatu hari supermarket kedatangan barang baru bernama Spaghetti. Saking tidak kuat menahan emosi, Bihun berlari dari raknya dan memukuli Spaghetti sambil berteriak, "Jangan kira gue enggak ngenalin elu ya!! Meskipun di-rebonding begitu, gue tetep tau elu si kribo jelek itu!!!"
[b]Surat Kepada Keluarga[/b]
Setelah merantau 3 bulan ke Jakarta, seorang anak lalu mengirim surat kepada keluarganya di kampung.
Dalam suratnya dia berkata, "Keluargaku tersayang, aku sekarang sudah mendapat kerja di Jakarta. Tempat kerjaku ada di kawasan Kebon Kacang. Aku suka bekerja di sini karena bisa menimba banyak pengalaman, di sini beda sekali dengan kampung."
Tak lama, surat balasan dari keluarga pun datang. "Ananda tercinta, kami semua senang mendapat kabar bahwa kamu sudah mendapat kerja di Jakarta. Tapi kami sungguh tidak mengerti, kenapa kamu begitu membangga-banggakan Jakarta dan membanding-bandingkan dengan di kampung. Padahal kamu bekerja di kebon kacang, sementara di kampung kita punya kebon jambu. Lebih baik kamu pulang kampung, jambu di kebun sudah siap petik."
[b]Curahan Hati Seekor Sapi[/b]
Pada suatu hari di sebuah peternakan, para ternak tengah berkumpul. Mereka curhat soal kemalangan mereka sebagai ternak.
Di kumpulan ayam, seekor ayam betina ngedumel, karena baru saja diusir dari halaman pak Harun. Padahal dia cuma hendak mencari makanan kecil di sana.
Si Desi bebek ngomel dengan riuhnya. Dia kesal bukan main pada si Heni, ayam betina yang mengatainya suka pamer bokong karena selalu jalan megal-megol.
Sementara itu, seekor kambing cemberut karena baru kali ini memakan rumput yang rasanya sama sekali tak enak.
Tak jauh dari mereka, sapi paling montok di peternakan itu tak mau ketinggalan curhat. "Kalian masih mending... daripada aku, tiap hari laki-laki tua itu memegang-megang susuku, diperas-peras dengan ganasnya, tapi sampai sekarang belum juga dikawinin!!!"
[b]Nama Anak[/b]
Sepasang suami istri bertengkar hebat, gara-gara nama anak. Sang istri marah-marah suaminya yang sejak dulu ngotot menamai anaknya, Lia.
Istri: Sudah aku bilang dari dulu, jangan namai anak kita Lia.
Suami: Apa salahnya? Itu nama yang bagus!
Istri: Bagus buat kamu. Tapi ga bagus buat aku.
Suami: Aku memberi nama itu karena nama itu cocok untuk anak kita. Nama itu pas banget buat dia... bukan buat aku.
Istri: Tapi kamu ga tau rasanya jadi aku. Aku ini mamanya....
Suami: Memangnya kenapa? Apa yang salah kalau kamu mamanya?
Istri: Aku jadi makan hati, taukk. Tiap saat orang-orang manggilin aku "Mamalia...mamaliaa...."